KATEKESE

Yesus Sahabat Bagi Mereka Yang Menderita

Tak terasa kita sudah hampir memasuki pertemuan ketiga Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2021. Setelah membahas sosok Yesus, Sahabat Bagi Mereka Yang Putus Asa, pada pertemuan pertama, lalu disusul dengan Yesus, Sahabat Bagi Mereka Yang Kehilangan, pada pertemuan kedua, berikutnya kita akan memperdalam Yesus, Sahabat Bagi Mereka Yang Menderita.

Ketiga topik ini sungguh mewakili tema utama BKSN tahun 2021 ini, yaitu Yesus, Sahabat Seperjalanan Kita.

Bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh ada di tengah-tengah kita, menjadi lebih dari sekedar teman, namun sahabat, bahwa Tuhan Yesus tak akan pernah meninggalkan kita dalam situasi apapun, seberat apapun dunia lengkap dengan segala permasalahannya. Untuk itulah pada pertemuan ketiga ini, kita kembali diingatkan, disadarkan, betapa Yesus sungguh-sungguh menjadi sahabat dalam liku-terjal perjalanan hidup kita.

Berikut adalah panduan selengkapnya untuk pertemuan ketiga Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2021.

Pertemuan Ketiga

YESUS, SAHABAT BAGI MEREKA YANG MENDERITA

(Luk. 10:25-37)

Deskripsi Situasi dan Tema

Fasilitator membuka pertemuan dengan membaca deskripsi singkat terkait situasi aktual dan tema pertemuan ketiga.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Pandemi Covid-19 bukan sekadar masalah kesehatan, melainkan juga masalah ekonomi yang merampas habis-habisan penghasilan banyak orang, seperti yang dilakukan oleh para penyamun di tengah jalan ke kota Yerikho. Banyak orang terhimpit persoalan ekonomi lantaran banyak kegiatan perekonomian tidak bisa berjalan seperti biasa. Sebagian orang bahkan kehilangan mata pencahariannya karena sejumlah usaha tidak bisa lagi beroperasi.

Menghadapi situasi sulit yang menyebabkan banyak orang menderita ini, kita perlu merenungkan sosok Yesus yang menjadi sahabat bagi mereka yang menderita, dan yang memberi tanggung jawab kepada kita untuk menolong sesama. Dengan permenungan ini, kita diajak untuk menerima orang lain yang jatuh tergeletak karena beban hidup sebagai sesama yang harus ditolong tanpa memandang status sosial, ekonomi, budaya, politik, dan agamanya.

PEMBUKA

Setelah deskripsi singkat terkait situasi dan tema disampaikan, fasilitator lalu mengajak peserta untuk memulai pertemuan pertama dengan ritus pembuka.

Lagu Pembuka

Pilih lagu yang sesuai dengan tema.

Tanda Salib

P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.

U : Amin.

P : Tuhan beserta kita.

U : Sekarang dan selama-lamanya.

Pengantar

Fasilitator menyampaikan pengantar singkat di bawah ini sebelum pembacaan teks Kitab Suci.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam pertemuan ketiga ini, kita diajak untuk mendalami, merenungkan, dan mencari pesan dari perikop Injil Lukas tentang perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37). Melalui orang Samaria itu, kita diajak untuk melihat sosok Yesus sebagai sahabat bagi mereka yang menderita karena dianiaya atau ditolak oleh masyarakat. Kita juga diajak untuk meneladani Yesus yang peduli dan memperhatikan dengan penuh kasih sayang orang-orang yang menderita dan tersingkirkan. Dari situ kita diajak untuk peduli dan tidak masa bodoh dengan penderitaan orang lain.

Doa Pembuka

P : Marilah kita berdoa.

Allah Bapa yang baik, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau selalu hadir dalam perjalanan hidup kami. Kami juga bersyukur karena dapat berkumpul dengan saudara-saudari kami untuk mendengarkan sabda-Mu. Bapa yang baik, kami mohon, curahkanlah Roh Kudus-Mu untuk membimbing kami dalam mendengarkan, mendalami, dan merenungkan sabda-Mu. Semoga melalui pendalaman dan permenungan sabda-Mu ini, kami diubah untuk rela menjadi sesama bagi yang menderita tanpa memandang status sosial, ekonomi, budaya, politik, dan agama. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.

U : Amin

PENDALAMAN KITAB SUCI

Pembacaan Teks

Fasilitator meminta dua orang peserta yang hadir (laki-laki dan perempuan) untuk membaca Luk. 10:25-37 secara bergantian antara ayat ganjil dan genap. Ayat ganjil dibacakan oleh laki-laki dan ayat genap dibacakan oleh perempuan. Peserta yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian sambil melihat Alkitab masing-masing.

Lukas 10:25-37

Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”

Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”

”Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?”

Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.

Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.

Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.

Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.

Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”

Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

P : Demikianlah sabda Tuhan.

U : Terpujilah Kristus.

Pendalaman Teks

Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami Luk. 10:25-37 dengan menjawab beberapa pertanyaan penuntun berikut ini.

Apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Lihat ay. 27.

Siapakah sesamaku? Lihat ay. 30.26

Siapa saja yang melewati orang yang jatuh ke tangan para penyamun itu? Apa tindakan mereka ketika melihat seorang yang terluka tersebut? Lihat ay. 31-36.

Siapakah orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepada sesama dan yang perbuatannya layak diteladani? Lihat ay. 37.

Penjelasan Teks

Setelah mendengarkan diskusi dan jawaban peserta, fasilitator memberikan penjelasan dengan menyampaikan beberapa poin di bawah ini.

Tema pembicaraan antara Yesus dan ahli Taurat ini adalah apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal. Hidup yang kekal di sini berkaitan dengan pandangan mengenai keselamatan. Dalam masyarakat Israel kuno, keselamatan pada awalnya dipahami sebagai kondisi hidup yang tenang dan damai di tanah yang diberikan Tuhan kepada mereka. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya, keselamatan dikaitkan juga dengan “kehidupan yang akan datang” (setelah kematian). Yesus menunjukkan bahwa kunci untuk mewarisi kehidupan kekal atau memperoleh keselamatan ditemukan dalam ketaatan terhadap perintah Taurat. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Jadi, hidup kekal atau keselamatan dapat ditemukan dan diraih dengan mengasihi Allah dan sesama secara nyata.

Pertanyaan ahli Taurat itu, “Siapakah sesamaku manusia?” tidak dijawab dengan definisi yang tegas dan jelas oleh Yesus. Sebaliknya, Yesus menjawab dengan menceritakan sebuah kisah perumpamaan dengan tujuan untuk mengajak orang itu berpartisipasi aktif dalam menggali dan menemukan sendiri jawabannya. Yesus memulai perumpamaan-Nya dengan menceritakan bahwa ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, melainkan juga memukulnya dan sesudah itu pergi meninggalkannya dalam keadaan sekarat. Identitas orang ini tidak jelas, apakah orang Yahudi atau bukan. Yang pasti, ia adalah seorang manusia yang sedang berbaring sekarat di tepi jalan, terluka parah, dan membutuhkan pertolongan. Dengan tidak memberi tahu identitas orang itu, Yesus ingin mengatakan bahwa sesama bukan hanya orang yang satu suku, bangsa, atau golongan, melainkan juga siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Sesama bukan hanya tetangga di sekitar rumah kita atau orang yang kita kenal, melainkan juga siapa saja yang kita jumpai dalam kondisi dan pengalaman hidup mereka. Mereka bisa saja orang asing yang kita tolong atau orang yang kita beri semangat hidup atau bahkan orang yang membenci kita tetapi kita doakan.

Yesus kemudian menampilkan tiga tokoh dari ras dan status sosial yang berbeda. Ketiganya memberikan reaksi dan tanggapan yang berbeda-beda ketika melihat orang yang sedang sekarat itu. Pertama, seorang imam yang termasuk kelompok elite dalam masyarakat Yahudi pada waktu itu. Ia tidak mau bersentuhan dengan orang itu dan berusaha menghindar. Ia enggan mendekati untuk mengecek apakah orang itu masih hidup atau sudah mati, apalagi menawarkan pertolongan. Ia tidak peduli dan masa bodoh, padahal mengetahui dengan baik perintah dan kehendak Allah dalam Taurat untuk mengasihi dan menolong sesama. Seharusnya imam ini menjadi pribadi yang penuh belas kasihan dan selalu bersedia untuk menolong sesama. Namun, ironisnya, ia tidak mencerminkan dirinya sebagai seorang iman yang seharusnya mewujudkan apa yang ia ketahui, ia pahami, dan ia ajarkan.

Kedua, seorang Lewi. Orang Lewi ini melihat orang yang menderita itu, tetapi tidak melakukan apa-apa, kecuali hanya melewatinya di sisi lain jalan itu. Seperti imam sebelumnya, ia pasti mengetahui ajaran kasih dalam hukum Taurat, tetapi tidak menerapkannya dalam kondisi yang menuntut kasih itu dipraktikkan. Orang ini juga tidak mau tahu alias masa bodoh dengan penderitaan orang lain.

Ketiga, seorang Samaria. Melihat ada orang tergeletak hampir mati di pinggir jalan, orang Samaria ini tergerak hatinya oleh belas kasihan. Ia mendekatinya dan melakukan pertolongan pertama dengan membersihkan luka-luka orang itu dengan minyak dan anggur. Ia lalu menaikkan orang itu ke atas keledai miliknya dan membawanya ke tempat penginapan untuk mendapatkan perawatan selanjutnya. Di penginapan, ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan dan memintanya untuk merawat orang itu sampai sembuh. Ia bahkan berjanji untuk membayar kekurangan biaya perawatan. Tindakan orang Samaria ini menunjukkan dengan jelas kemurahan hatinya kepada orang lain tanpa memandang identitas dan tanpa menuntut balasan. Ia memberikan pertolongan kepada orang yang tidak dikenal persis seperti kepada sahabat baiknya.

Orang Samaria dalam perumpamaan ini menjadi contoh nyata orang yang menunjukkan belas kasihan kepada sesama tanpa memandang identitas dan status. Ia menolong walaupun biayanya cukup mahal. Ia rela dan ikhlas mempertaruhkan banyak hal demi keselamatan orang yang tidak dikenalnya sama sekali. Dalam menolong, ia sama sekali tidak menerapkan kriteria atau syarat tertentu. Sesama baginya adalah orang yang membutuhkan pertolongannya. Itulah sebabnya orang Samaria ini ditampilkan Yesus sebagai contoh dan model yang harus kita teladani.

Sharing dan Aksi Nyata

Setelah penjelasan teks, fasilitator mengajak peserta untuk men-sharing-kan pengalaman pribadi mereka dan untuk mengungkapkan niat melakukan aksi nyata dengan arahan pertanyaan di bawah ini. Fasilitator juga perlu mengingatkan peserta agar menggunakan kata “saya” dan bukan “kita” atau “kami” dalam sharing demi menghindari kesan menggurui orang lain.

Apakah mentalitas imam dan orang Lewi yang tidak peduli dengan penderitaan orang lain itu melekat dalam diriku? Bagaimana aku dapat mengatasinya?

Apakah aku sudah meneladani orang Samaria, yang secara spontan dan tanpa memperhitungkan untung rugi, membantu orang yang menderita dan yang sedang membutuhkan?

Apakah aku juga pernah menemukan orang Samaria yang murah hati ketika aku sedang membutuhkan pertolongan?

Apa aksi nyata yang akan aku lakukan selama satu minggu ke depan untuk meneladani sikap dan tindakan orang Samaria yang murah hati itu?

Doa Umat

Setelah sharing pengalaman dan mengungkapkan niat untuk melakukan aksi nyata, fasilitator mengajak peserta untuk mengungkapkan doa umat sesuai dengan ujud masing-masing, termasuk mendoakan agar pandemi Covid-19 segera berlalu. Doa umat ditutup dengan doa Bapa Kami.

PENUTUP

Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya dan mewujudkan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.

Doa Penutup

P : Marilah kita berdoa.

Bapa yang baik, kami bersyukur untuk sabda-Mu yang boleh kami dengar dan renungkan bersama saudara-saudari kami. Kami mohon, bimbinglah dan mampukanlah kami agar senantiasa mengasihi Engkau melalui tindakan kasih kepada sesama yang membutuhkan di dalam perjalanan hidup kami, seperti teladan yang diberikan oleh orang Samaria yang murah hati. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, kini dan sepanjang masa.

U : Amin.

Berkat dan Pengutusan

P : Marilah kita memohon berkat Tuhan. Semoga Tuhan beserta kita.

U : Sekarang dan selama-lamanya.

P : Semoga kita sekalian dilimpahi berkat Allah yang mahakuasa.

Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.

U : Amin.

Lagu Penutup

Pilih lagu yang sesuai dengan tema.

Advertisements
Advertisements