KATEKESE

Yesus Sahabat Bagi Mereka Yang Kehilangan

JagoKomSos-Setelah minggu lalu kita mendalami bersama subtema Yesus Sahabat Bagi Mereka Yang Putus Asa, pada minggu kedua ini kita kembali diajak merenungkan Yesus sebagai sahabat bagi mereka yang kehilangan.

Seperti kita ketahui bersama, bahwa sejak merebaknya pandemi Covid-19, begitu banyak saudara-saudara kita yang kehilangan anggota keluarga, sanak saudara, sahabat, dan kenalan. Hal ini jelas menggoreskan luka di hati mereka yang ditinggalkan. Luka ini semakin dalam dan pedih ketika mereka tidak bisa menyentuh atau melihat orang-orang yang terkasih itu untuk terakhir kalinya karena aturan protokol kesehatan demi melindungi diri dari paparan Covid-19. Luka hati yang dalam dan pedih ini bisa membuat iman kita kepada Allah yang penuh kasih menjadi goyah.

Menghadapi situasi dan pengalaman tersebut, kita perlu merenungkan dan menimba kekuatan dari sosok Yesus yang tampil sebagai sahabat bagi orang-orang yang kehilangan, agar kita semakin menyadari dan mengimani bahwa Yesus tidak akan pernah meninggalkan kita ketika kita sedih, kecewa, dan marah karena kehilangan sanak keluarga. Kisah kunjungan Yesus kepada Marta dan Maria kiranya menyadarkan kita bahwa Yesus tidak pernah akan meninggalkan kita. Sebaliknya, Ia akan mengunjungi kita juga, yaitu jika kita memiliki relasi yang dekat dengan-Nya.

Berikut panduan pertemuan kedua BKSN 2021 dengan sub tema : Yesus Sahabat Bagi Mereka Yang Kehilangan (Yoh. 11:1-45)

Setelah deskripsi singkat terkait situasi dan tema disampaikan, fasilitator lalu mengajak peserta untuk memulai pertemuan pertama dengan ritus pembuka.

Lagu Pembuka
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.

Tanda Salib
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U : Amin.
P : Tuhan beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.

Pengantar
Fasilitator menyampaikan pengantar singkat di bawah ini sebelum pembacaan teks Kitab Suci.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam pertemuan kedua ini, kita diajak untuk mendalami dan merenungkan perikop dari Injil Yohanes (Yoh. 11:1-45), yang menceritakan tentang Lazarus yang dibangkitkan. Kisah ini tidak hanya berbicara tentang mukjizat yang luar biasa, di mana seorang yang sudah mati dapat dihidupkan kembali, tetapi juga tentang Yesus yang mau datang dan hadir di tengah keluarga sebagai seorang sahabat, yang bersimpati dengan sahabat-sahabat-Nya yang bersedih karena kehilangan orang yang dicintai.

Doa Pembuka
P : Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur karena di masa pandemi ini, Engkau selalu hadir menyertai kami, baik di saat suka maupun di saat duka, yaitu ketika kami kehilangan anggota keluarga, sanak saudara, sahabat, dan kenalan akibat Covid-19. Kami mohon, utuslah Roh Kudus- Mu untuk membantu kami memahami sabda-Mu. Semoga melalui permenungan sabda, kami semakin yakin bahwa Engkau tidak pernah meninggalkan kami dalam menghadapi kesedihan karena kehilangan orang-orang yang sangat kami cintai, sebagaimana Yesus tidak meninggalkan sahabat- sahabat-Nya ketika mereka kehilangan saudara mereka yang terkasih. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U : Amin.

PENDALAMAN KITAB SUCI
Pembacaan Teks
Fasilitator meminta dua orang peserta yang hadir (laki-laki dan perempuan) untuk membaca Yoh. 11:1-45 secara bergantian antara ayat ganjil dan genap. Ayat ganjil dibacakan oleh laki-laki dan ayat genap dibacakan oleh perempuan. Peserta yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian sambil melihat Alkitab masing-masing.

Yohanes 11:1-45
Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.”

Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”

Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.”

Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?”

Jawab Yesus: “Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.”

Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.”

Maka kata murid-murid itu kepada- Nya: “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.”

Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.”

Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.”

Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur.

Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.

Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.”

Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.”

Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.”

Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?”

Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”

Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: “Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau.”

Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia.

Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.

Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.”

Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang- orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: “Di manakah dia kamu baringkan?”

Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka menangislah Yesus.

Kata orang-orang Yahudi: “Lihatlah, betapa kasih- Nya kepadanya!”

Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?”

Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kata Yesus: “Angkat batu itu!”

Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.”

Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”

Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!”

Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain- kain itu dan biarkan ia pergi.”

Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.

P : Demikianlah sabda Tuhan.
U : Terpujilah Kristus.

Pendalaman Teks
Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami Yoh. 11:1-45 dengan menjawab beberapa pertanyaan penuntun berikut ini.

  • Mengapa Yesus menunda keberangkatan-Nya ke Betania untuk mengunjungi Lazarus yang sedang sakit?
  • Apa tanggapan Marta atas kedatangan Yesus di Betania setelah Lazarus dimakamkan empat hari? Apakah dia percaya bahwa Lazarus akan dibangkitkan Yesus?
  • Apa reaksi Maria ketika berjumpa dengan Yesus?
  • Mengapa hati Yesus sangat terharu sampai menangis?

Penjelasan Teks
Setelah mendengarkan diskusi dan jawaban peserta, fasilitator memberikan penjelasan dengan menyampaikan beberapa poin di bawah ini.

Maria dan Marta menyampaikan kabar kepada Yesus bahwa Lazarus, saudara mereka, sedang sakit. “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Mereka tentu saja mengharapkan Yesus segera datang untuk menjenguk sahabat yang dikasihi-Nya itu. Mereka sangat mungkin pula mengharapkan Yesus berkenan menyembuhkannya. Namun, Yesus tidak segera datang ke Betania. Ia menunda kedatangan-Nya, sehingga baru tiba di Betania setelah Lazarus dimakamkan empat hari. Hal ini dilakukan Yesus karena penyakit dan kematian Lazarus akan menjadi sarana agar kemuliaan Allah menjadi nyata. Keagungan dan kemuliaan Allah akan tampak dalam diri Yesus ketika Ia membangkitkan Lazarus yang sudah empat hari dimakamkan.

Melalui penundaan ini pula kita diingatkan dan disadarkan bahwa sikap dan tindakan Yesus ditentukan sepenuhnya oleh Allah Bapa (Yoh. 5:19), bukan oleh tekanan dari orang-orang terdekat-Nya, seperti ibu-Nya (Yoh. 2:3- 4), saudara-saudara-Nya (Yoh. 7:8-9), atau sahabat-sahabat yang dikasihi-Nya (Yoh. 11:5).

Mendengar kabar kedatangan Yesus, Marta pergi menjemput- Nya. Pada waktu bertemu dengan Yesus, Marta langsung berkata, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (ay. 21).

Marta sepertinya menyesali mengapa Yesus tidak segera datang ketika dikabarkan kepada-Nya bahwa Lazarus jatuh sakit. Ia bersikap demikian karena percaya pada kuasa Yesus untuk menyembuhkan orang sakit dari berita-berita tentang mukjizat penyembuhan yang telah dilakukan-Nya. Meski menyesali kedatangan Yesus yang terlambat, Marta tetap percaya bahwa Allah akan memberikan apa pun yang diminta Yesus (ay. 22).

Di sini, Marta mengakui karya Allah di balik mukjizat-mukjizat atau tanda-tanda yang dikerjakan Yesus, walaupun dia kurang percaya pada kata-kata Yesus bahwa Lazarus, saudaranya, akan bangkit lagi. Dia memang percaya bahwa Lazarus akan dibangkitkan, tetapi di akhir zaman (ay. 24), seperti keyakinan umum di kalangan orang Yahudi pada masa itu.

Itulah sebabnya Yesus menyatakan diri-Nya sebagai kebangkitan dan hidup. “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (ay. 25-26).

Marta semakin maju dalam imannya dengan percaya pada pewahyuan diri Yesus sebagai kebangkitan dan hidup. Walau mungkin belum memahami sepenuhnya, dia mengungkapan imannya dengan berkata, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia” (ay. 27).

Pengakuan iman ini sama dengan yang ingin dicapai oleh penginjil Yohanes, “Semua yang tercantum di sini telah dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh. 20:31).

Maria segera bangkit dan pergi menjumpai Yesus setelah diberitahu oleh Marta secara pribadi, “Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau.” Ketika berjumpa dengan Yesus, Maria tersungkur di depan kaki-Nya.

Hal ini mengungkapkan banyak arti. Tindakan Maria ini bisa mengungkapkan kesedihan, permohonan, dan hormatnya kepada Yesus sebagai gurunya.

Maria lalu mengatakan persis seperti yang dikatakan Marta, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (ay. 32).

Sama seperti Marta, kata-kata Maria ini mengungkapkan imannya yang bercampur dengan kekecewaan. Ia juga mengungkapkan kesedihannya secara terbuka di hadapan Yesus.

Walaupun Lazarus sudah dikubur empat hari, namun Maria masih menangis sedih.
Mendengar tangisan Maria, masygullah hati Yesus. Ia sangat terharu sampai menangis. Yesus sangat sedih melihat sahabat- sahabat yang disayangi-Nya dilanda dukacita.

Sikap-Nya yang berempati dengan sahabat-sahabat-Nya yang berdukacita membuat-Nya menangis bersama dengan orang-orang yang menangis (bdk. Rm. 12:15). Yesus menunjukkan simpati yang tulus kepada orang yang berduka dengan meneteskan air mata.

Namun, kesusahan hati Yesus ini bisa juga karena melihat adanya ketidakpercayaan pada kuasa-Nya untuk membuat mukjizat (bdk. Yoh. 5:39-40).

Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa Yesus sedih, kesal, dan marah karena ketidakpercayaan para pengikut-Nya dan orang Yahudi pada umumnya. Dalam Injil Yohanes, kita sering melihat Yesus sedih, kesal, dan marah terhadap orang yang tidak percaya kepada-Nya (Yoh. 2:18; 6:36; 12:37-40; 15:24).

Sharing dan Aksi Nyata
Setelah penjelasan teks, fasilitator mengajak peserta untuk men-sharing-kan pengalaman pribadi mereka dan untuk mengungkapkan niat melakukan aksi nyata dengan arahan pertanyaan di bawah ini. Fasilitator juga perlu mengingatkan peserta agar menggunakan kata “saya” dan bukan “kita” atau “kami” dalam sharing demi menghindari kesan menggurui orang lain.

  • Apakah aku dan/atau keluargaku pernah mengalami perasaan “mati” atau “kehilangan” dalam hidup ini?
  • Sejauh mana aku menyadari kehadiran Tuhan dalam peristiwa sedih dan getir? Apakah aku masih memiliki iman bahwa Tuhan akan datang mengunjungiku?
  • Pernahkah aku dan/atau keluargaku mengalami mukjizat yang luar biasa dan tidak masuk akal dalam hidup? Bagaimana reaksi dan sikapku ketika mengalami hal itu? Apakah semuanya itu semakin menambah dan menguatkan imanku kepada Tuhan? Ataukah aku menganggapnya sebagai kebetulan belaka?
  • Sudahkah aku bersikap seperti Yesus yang datang dan hadir untuk memberikan penghiburan dan semangat hidup bagi orang yang mengalami kesedihan karena kehilangan orang yang dicintai?
  • Apa aksi nyata yang akan aku lakukan selama seminggu ke depan bagi sahabat atau tetangga yang mengalami kesedihan karena berbagai alasan?

Doa Umat
Setelah sharing pengalaman dan mengungkapkan niat untuk melakukan aksi nyata, fasilitator mengajak peserta untuk mengungkapkan doa umat sesuai dengan ujud masing-masing, termasuk mendoakan agar pandemi Covid-19 segera berlalu.

Doa umat ditutup dengan doa Bapa Kami.

Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya dan mewujudkan niat pribadi untuk melakukan aksi nyata.

Doa Penutup
P : Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang maha pengasih, kami bersyukur atas sabda-Mu yang telah kami dengarkan dalam pertemuan ini. Kami mohon, kunjungilah keluarga kami dan jadikanlah kami sahabat-Mu dan sahabat bagi keluarga-keluarga yang mengalami kehilangan. Bantulah kami juga dengan kehadiran Roh Kudus-Mu, agar kasih dan semangat Yesus selalu hadir di tengah keluarga, sehingga kami mampu berempati dengan sesama yang menderita dan sedih karena kehilangan orang- orang yang dicintai. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U : Amin.

Berkat dan Pengutusan
P : Marilah kita memohon berkat Tuhan. Semoga Tuhan beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
P : Semoga kita sekalian dilimpahi berkat Allah yang mahakuasa.
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U : Amin.

Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai dengan tema.


Panduan selengkapnya dapat dilihat dan di download di:

PANDUAN BKSN 2021 untuk DEWASA : Klik Disini
Download PDF : Klik Disini

PANDUAN BKSN 2021 untuk DEWASA (Bhs. JAWA) : Klik Disini
Download PDF : Klik Disini

PANDUAN BKSN 2021 untuk ORANG MUDA : Klik Disini
Download PDF : Klik Disini

PANDUAN BKSN 2021 untuk REMAJA : Klik Disini
Download PDF : Klik Disini

PANDUAN BKSN 2021 untuk ANAK-ANAK BKSN 2021: Klik Disini
Download PDF : Klik Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *