WARTA PAROKI

Utuslah Rohmu Ya Tuhan

‘Hari Turunnya Roh Kudus’

JagoKomsos-Minggu, 23 Mei 2021, Gereja Katolik Paroki Santo Yusup Ambarawa menyelenggarakan Perayaan Ekaristi memperingati Hari Raya Pentakosta. Misa dipimpin oleh Romo Sigit Widasana, SJ. Dengan bernuansakan warna merah sebagai lambang api Roh Kudus, perayaan Pentakosta kali ini dimulai tepat pukul 08.00 WIB di Gereja Santo Yusup Ambarawa.

Perayaan Tujuh Minggu Setelah Panen
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Perayaan Pentakosta berasal dari salah satu pesta orang Yahudi yang merupakan ungkapan syukur serta terima kasih kepada Allah atas berkat yang diterima dalam bentuk hasil panen. Pentakosta dapat juga diartikan sebagai ‘Hari Ke Limapuluh’. Pentakosta dirayakan tujuh minggu setelah panen. Dalam perkembangan selanjutnya, hari ke limapuluh dihitung dari Paskah Yahudi.

Perayaan Pentakosta dalam Perjanjian Lama juga digunakan untuk mengenang Allah yang memberi perjanjian dan Hukum Taurat lewat perantaraan Musa di Gunung Sinai. Mengingat Pentakosta termasuk sebagai salah satu pesta, maka banyak orang Yahudi saleh dari berbagai negara datang ke Yerusalem pada perayaan tersebut.

Bagi umat Kristiani, peringatan ‘Hari Ke Limapuluh’ ini terjadi tujuh Minggu setelah kebangkitan Yesus dan dirayakan sebagai ‘Hari Turunnya Roh Kudus’ kepada para murid. Jadi perayaan tujuh minggu setelah panen dalam Perjanjian Lama diterapkan pada Perjanjian Baru sebagai panenan rohani yang berlimpah-limpah.

Pentakosta Dalam Perjanjian Baru
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, Rasul Paulus menyebut adanya Buah-Buah Roh yang meliputi kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, sikap lemah lembut dan penguasaan diri. Sebaliknya, segala hal yang bertentangan dengan semua itu bukanlah buah-buah roh atau bertentangan dengan Roh Kudus.

Pada kenyataannya, buah-buah roh tersebut nampak dalam keseharian hidup kita, baik dalam keluarga maupun masyarakat, tak peduli seberapa banyak maupun seberapa sering terjadinya. Sekslipun tidak senantiasa kita mengalami buah-buah roh, namun bukan berarti bahwa kita belum pernah mengalaminya sama sekali. Ada saatnya kita tidak dapat segera merasakannya. Hal ini bergantung pada pemahaman pribadi masing-masing.

Pada Hari Raya Pentakosta ini kita diajak untuk lebih berani berbicara, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang percaya akan Yesus.

“Mereka bicara dengan bahasa para pendengar tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah.” (Kis 2 : 1-11)

Kita juga bisa berbicara dalam berbagai ragam bahasa, baik Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, bahkan beragam bahasa lainnya termasuk istilah-istilah dalam Media Sosial. Semua itu memang diperlukan, namun bukanlah yang paling menentukan, terlebih ketika menyampaikan pesan tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah.

Berbicara perihal perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah merupakan rahmat tersendiri bagi kita, sebab kita sungguh mengimani bahwa Allah mengasihi dan menyelamatkan kita dari dosa melalui wafat dan kebangkitan Putranya Tuhan kita Yesus Kristus. Dan bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap orang tidak lain dan tidak bukan adalah perbuatan atau tindakan kasih yang berasal dari Allah sendiri. Dengan kata lain, saat ini kita diundang untuk bersedia memberi kesaksian melalui tindakan kasih.

“Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.” (Yoh 15 : 26-27; 16 : 12-15)

Pada waktu itu, para murid memang bersama dengan Yesus secara fisik, sementara saat ini, kita bersama dengan Tuhan Yesus Kristus karena kita mengimaninya. Kebersamaan dengan Tuhan menghasilkan buah-buah rohani untuk kita berikan atau kita teruskan kepada orang lain, sekalipun sebagian orang menerima buah-buah rohani yang kita tawarkan, sebagian mendiamkan, bahkan sebagian lagi bersikap sebaliknya.

Sebagai contoh perihal salah salah satu buah roh yaitu roh kesabaran. Terkadang seseorang berusaha bersabar terhadap berbagai macam perlakuan terhadap dirinya, namun orang lain justru menganggap bahwa orang tersebut seolah mau diapa-apakan saja.

Contoh lain perihal buah roh adalah tentang kebaikan dan damai. Ketika dua orang mengalami salah paham, bahkan berkembang menjadi pertengkaran fisik, kemudian hadir orang ketiga yang bermaksud melerai dan mendamaikan, namun orang yang punya niat baik ini justru menjadi korban tindak kekerasan.

“Kasih dan kebaikan yang berasal dari Allah ditanggapi oleh orang satu dan lainnya secara berbeda-beda. Kita sebagai saluran rahmat Allah diundang untuk tidak berputus asa melainkan tabah, sebab ada saatnya kita sebagai pengikut Kristus menjumpai situasi sulit serta tidak dapat menghindarinya. Maka marilah kita mohon agar Tuhan Yesus mengirim penghibur yaitu roh Kudus yang diutus oleh Bapa sehingga kita sanggup dan teguh menjadi saksi karya Ilahi.” demikian Romo Sigit menutup homilinya.

Fotografer : Paulus Indra Purnomo

Advertisements
Advertisements

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *