ARTIKEL

Siapakah Yang Terbesar Di Antara Kita?

Siapakah Dewasa ini, banyak sosok di sekitar kita berlomba-lomba untuk menjadi “Yang Terdepan”, “Yang Terhebat”, ingin “tenar”, bahkan ingin namanya dikenal banyak orang. Hal tersebut sangatlah manusawi, sesuatu yang lumrah. Hebat dalam bidang yang kita kerjakan memang baik dan sudah seharusnyalah demikian. Bahkan secara umum, kita dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik dan memberi manfaat positif terhadap lingkungan sekitar.

Namun demikian, dalam Injil terdapat sebuah kisah tentang sesuatu yang pernah dipersoalkan oleh murid-murid Yesus saat mereka dalam perjalanan menuju Kapernaum. Mereka bertengkar soal siapa yang terbesar di antara mereka. (Markus 9 : 33–37)

Bagi orang Kristiani, ingatlah selalu bahwa Yesus adalah “Yang Tunggal”, “Yang Terbesar” di antara segala yang ada. Tapi lihatlah apa yang dilakukanNya. Dia yang terbesar bahkan bersedia melepas tahta dan kebesaranNya, lalu turun ke dunia menjadi sama seperti kita, manusia.

Di dunia ini, apakah Yesus langsung menjadi raja, memiliki tahta dan kerajaan yang megah?

Tidak!

Ia menjadi pelayan. Ia melayani mereka yang mengikutiNya, kemanapun Ia pergi.

Hari-hari ini mungkin kita banyak mendengar dan membaca dari berbagai media. Ada banyak orang yang ingin menjadi yang terbesar di antara orang lain, mengejar kedudukan, pangkat, jabatan, hanya karena ingin memiliki banyak pengikut, banyak pendukung serta popularitas.

Well, whoever is the greatest should be the servant of the others. (Mat. 23:11)

Tapi bukankah menjadi tenar, punya pangkat, jabatan hingga menjadi tenar tidaklah salah?Memang tidak salah. Yang salah adalah saat motivasi hati kita melakukannya bukan lagi untuk Tuhan tapi untuk dilihat dan disukai banyak orang. Hati pelayan yang benar seharusnya tidak ambil pusing terhadap apa penilaian orang tentangnya.

Kenapa? Karena yang terpenting adalah melakukan TEPAT seperti apa yang tuannya perintahkan.

Sayangnya tidak banyak orang sadar dan paham akan hal ini : ingin jadi “yang terbesar” namun enggan melayani.

Hal ini tak hanya soal apa yang kita lakukan di gereja, namun dimana saja Tuhan tempatkan kita, baik di pekerjaan, di kampus, di sekolah, di keluarga bahan di lingkungan sekitar kita.

Jadi, kalau kita benar-benar pengikut Yesus, kita juga perlu mengikuti apa yang Ia lakukan. Kalau kita hanya ingin disukai dan dilihat banyak orang, jangan jadi pelayan, jadi gorengan saja, pasti akan banyak yang suka. (dp)