ARTIKEL

Perayaan Ekaristi Virtual, Idealkah?

Perayaan Ekaristi Virtual, sudah idealkah? Seperti apakah wajah gereja kita jelang seabad kokoh berdiri? Bagaimanakah kehidupan menggereja umat Katolik di Bumi Serasi?

Pandemi telah menempatkan Gereja pada situasi khusus. Dua kali lockdown, entah sudah berapa bulan kita tak dapat merayakan Misa bersama di gereja beberapa waktu lalu. Kalaupun akhir-akhir ini kita sudah dapat merayakan Misa secara langsung, itupun dengan kuota umat yang masih terbatas serta protokol kesehatan yang begitu ketat.

Lalu dimana umat yang belum dapat mengikuti Misa di gereja? Sebagian besar dari mereka mengikuti Misa secara daring. Misa Virtual atau Misa Online, demikian istilah kerennya. Di depan layar berpendar, hanya nampak Imam dan altar. Umat mengikuti jalannya Perayaan Ekaristi melalui smartphone, tablet, laptop, PC hingga televisi.

Not bad. Setidaknya, umat yang mengikuti Misa Online diajak untuk berhenti sejenak menonton sinetron maupun drama dari Negeri Ginseng, dan selama lebih kurang 60 menit turut khusuk berdoa, sekalipun hanya di depan gawai.

Gereja-gereja juga mengusahakan berbagai cara demi pelayanan dan kebaikan umat dengan penuh pertimbangan. Muncullah apa yang kemudian viral dengan istilah Live Streaming. Lalu KomSos sebagai bagian dari Tim Pelayanan Komunikasi Sosial menjadi ujung tombak gereja dalam menghadirkan Misa di rumah masing-masing umat.   

Namun sejatinya, sampai kapan kita akan merayakan Misa sembari menatap layar? Bagaimana dengan kebersamaan dan keterlibatan aktif kita sebagai umat Allah dalam misa? Sudah idealkah Perayaan Ekaristi Virtual?

Pentingnya Kebersamaan dan Keterlibatan Aktif dalam Misa

Perjamuan dalam tradisi Gereja senantiasa membawa pada perjumpaan. Artinya, terjadi pertemuan personal dan keakraban dengan Tuhan dalam pengalaman komunal. Ada kehadiran sekaligus keterlibatan dalam komunitas iman. Kehadiran dan keterlibatan tersebut bukanlah secara virtual, melainkan nyata. Demikian pula awal mula perjamuan Tuhan, yaitu Ekaristi, sebagai wujud perayaan syukur dan pengenangan penebusan, juga dirayakan bersama secara nyata.

Dokumen Gereja

Kebersamaan dan keterlibatan langsung umat dalam misa sungguh penting. Seperti terungkap pada Sacrosanctum Concilium 27 tentang kebersamaan dalam perayaan :

“Setiap kali suatu upacara, menurut hakikatnya yang khas, diselenggarakan sebagai perayaan bersama, dengan dihadiri banyak umat yang ikut-serta secara aktif, hendaknya ditandaskan, agar bentuk itu sedapat mungkin diutamakan terhadap upacara perorangan yang seolah-olah bersifat pribadi.”

Lalu dalam Sacrosanctum Concilium 48 disuarakan betapa bermaknanya keterlibatan kita sebagai umat Allah :

“Maka dari itu Gereja dengan susah payah berusaha, jangan sampai umat beriman menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton yang bisu, melainkan supaya melalui upacara dan doa-doa memahami misteri itu dengan baik, dan ikut-serta penuh khidmat dan secara aktif.”

Jadi, Sudah Idealkah Misa Online?

Tak dapat kita pungkiri, Misa Online menjadi begitu mendesak bagi umat di tengah Pandemi. Namun Perayaan Ekaristi secara virtual bukanlah wujud dan situasi ideal Gereja. Wajah Gereja bukan wajah digital, bukan pula wajah virtual. Komunitas Gereja adalah keterlibatan langsung, kehadiran nyata dan jawaban anamnesis bersama. Artinya, keakraban kita dengan Tuhan bukanlah virtual, seorang diri di depan gawai. Iman kita bukan iman virtual.

Bila segala sesuatunya kemudian dianggap wajar dengan memvirtualkan begitu saja, ada bahaya yang layak diwaspadai. Paus Fransiskus pada Misa 17 April 2020 mengingatkan,

“Berhati-hatilah untuk tidak membuat Gereja jadi virtual, viral, membuat sakramen-sakramen jadi virtual, menjadikan Umat Allah virtual. Gereja, sakramen-sakramen, Umat Allah itu nyata (konkrit). Benarlah bahwa pada saat ini kita harus menyediakan keakraban dengan Tuhan dengan cara ini, namun kita harus keluar dari terowongan, tidak tinggal di sana. Dan inilah keakraban para rasul: bukan gnostik, bukan virtual, tidak egois, untuk diri kita masing-masing, tetapi suatu keakraban yang nyata, dalam umat. Keakraban dengan Tuhan dalam hidup harian, kedekatan dengan Tuhan dalam sakramen-sakramen, di tengah-tengah umat Allah. Para rasul menapaki jalan kedewasaan dalam keakraban dengan Tuhan.”

Selama masa Pandemi Covid-19 ini, banyak bermunculan jadwal Misa Online atau Misa Live Streaming lewat grup-grup WhatsApp lingkungan, lalu dibagikan, diteruskan dan diteruskan lagi. Begitu banyak pilihan jam atau waktu, begitu banyak pilihan Pastor atau Romo. Nyaris seperti di supermarket, kita bisa bebas memilih ini-itu sesuai dengan minat dan kesukaan kita. Keren.

Pada akhirnya, tak dapat kita pungkiri bahwa Liturgi di masa Pandemi hampir identik dengan populernya Live Streaming, Misa Online, hingga Perayaan Ekaristi Virtual. Umat beriman sangat sadar dan tahu betul, bahwa Perayaan Ekaristi atau Misa sangatlah penting. Ekaristi adalah sumber dan puncak hidup umat Kristiani (Lumen Gentium, artikel 11). Yang perlu diperhatikan lagi adalah, apakah dengan Misa Online sudah cukup, lalu Misa Offline tidak terlalu mendesak lagi?

Dalam Injil disebutkan, “Tuhan, tunjukkan Bapa kepada kami, dan itu sudah cukup bagi kami” (Yoh. 14:8). Lalu Tuhan Yesus menjawab, “Barang siapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9).

Jadi entah Misa Online ataupun Misa Offline, yang terpenting dan menjadikan kita “cukup” adalah dapat melihat Bapa melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. Saat Misa, entah online ataupun offline, kita dapat melihat Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus.

Tetapi karena Ekaristi juga merupakan perayaan perjamuan, maka unsur menyambut makanan, yakni menyambut Tubuh Kristus, juga penting dan merupakan bagian tak terpisahkan. Itulah sebabnya Misa Offline atau Misa secara fisik di sekitar altar dan kemudian menyambut Komuni tidaklah tergantikan. Maka, marilah kita berupaya tetap sehat, jaga protokol kesehatan dengan baik, dan terus berdoa bagi berhentinya pandemi ini, sehingga kita semua bisa mengikuti Misa Offline lagi di gereja. (dp)

Baca juga : Bulan Oktober Bulan Rosario

Referensi :

http://www.ekaristi.org/konsili_vatikan/Konstitusi_Tentang_Liturgi_Suci.pdf

http://www.vatican.va/content/francesco/en/cotidie/2020/documents/papa-francesco-cotidie_20200417_lafamiliarita-conil-signore.html

Subardjo, Mario Tomi. “Misa Online, Misa Tidak Ideal” dalam UTUSAN , No. 10 Tahun ke-70, Oktober 2020. hlm. 10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *