ARTIKEL

Menjiwai Pelayanan Pekan Suci 2022

Momen Pekan Suci 2022 telah dilewati bersama, namun semangat pelayanan dari rekan-rekan panitia Paskah masih dalam kenangan. Suka, duka, canda, tawa, lelah dan peluh masih benar-benar terasa. Semua membekas dan senantiasa akan menjadi kenangan indah bagi seluruh tim.

Tatkala mempersiapkannya, jalan terjal serasa berada di depan mata. Satu per satu terlewati dan menjadikan kita benar-benar merasakan makna sebuah rangkaian perjalanan menuju kebangkitan demi melayani umat.

Beban, lelah, luka dan duka seakan sirna, terhapus menjadi suatu kebahagiaan dan kenangan manis setelah bersama dalam ketulusan melayani ribuan umat untuk bersama merayakan Pekan Suci tahun ini.

Derita, beban dan duka kami tiada arti dibandingkan dengan penderitaan Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya dari beban dosa. Namun kami sedikit bisa ikut merasakan kebahagiaan para Rasul tatkala mengetahui Tuhan telah bangkit. Peristiwa itu membawa semangat dan kebahagiaan baru untuk meneruskan pelayanan Tuhan kepada umat-Nya. Semangat yang cukup memberikan kami suntikan booster untuk melayani, manakala ribuan umat dengan bahagia, hadir mengikuti perayaan Pekan Suci tahun ini.

Tak ada lagi sekat-sekat Tim Pelayanan maupun Bidang Pastoral. Seakan kami libas, lebih tepatnya mengesampingkan sekat-sekat itu untuk bersama satu kata dan tujuan dalam pelayanan ini. Umat menjadi fokus utama dalam pelayanan selama rangkaian Pekan Suci kemarin. Semoga kami semua bisa lebih memahami makna dari pengorbanan Tuhan dalam melayani umat-Nya.

Tak terbayang andai Tuhan mengedepankan ego dalam melayani dan menyelamatkan umat-Nya. Mungkinkah akan ada perayaan Paskah bagi kita?

Tuhan menanggung seluruh beban dan penderitaan agar kita juga bisa merayakan Paskah kali ini.

Apalah artinya sakit hati karena segelintir umat yang protes dengan prosedur jika dibandingkan ldengan luka-luka Tuhan untuk menyelamatkan?

Apalah arti cibiran dan kata-kata merendahkan dari umat dibandingkan hukuman yang harus Yesus terima demi umat-Nya?

Apalah arti capek, lelah dan sakit hati kita dibandingkan lelah Tuhan serta hinaan yang ditanggungnya saat memanggul salib ke Golgota?

Adalah bijak tatkala ego kita kesampingkan demi melayani umatNya sebab semua orang mempunyai keterbatasan. Justru keberadaan orang lain menjadikan kami saling melengkapi.

Janganlah kita menjadi jumawa tatkala apa yang kita lakukan hanyalah tak lebih besar dari biji sesawi dibandingkan pengorbananNya demi melayani kita.

Kita tak akan pernah menjadi Katolik jika Tuhan tidak melakukan mukjizat terbesarnya yaitu wafat di kayu salib, demi menaggung dan menebus dosa manusia.

Masih banyak yang harus kita bantu, kita layani, dari anak-anak hingga kakek-nenek, dari yang sehat hingga yang berkebutuhan khusus, dari yang berkelimpahan hingga yang berkekurrangan, untuk lebih dekat dan dapat merasakan kasih, lewat uluran tangan, keiklasan hati, pikiran, perbuatan dan tutur kata kita sebagai sarana pelayanan.

medio 17 April 2022 Pukul 22:00

Para Jagoan KomSos di balik layar Pekan Suci 2022

Artikel oleh : Ary Litbang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *