WARTA PAROKI

Menjadi Alter Christus

“Para pengikut Kristus itu adalah Alter Christus atau Kristus yang lain, yang ditandai dengan kasih, yang membuat dirinya keluar dari dirinya sendiri untuk melayani sesama.”

Demikian rangkuman dari renungan Romo Agustinus Budi Nugroho, SJ dalam homilinya pada Misa Minggu Biasa XXV, 19 September 2021. Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan di Gereja Santo Yusup Ambarawa ini dilakukan baik secara offline maupun online melalui live streaming Chanel Jago KomSos.

Bagaimana Kebesaran Seseorang Akan Dikenang?

Romo Budi mengawali homilinya dengan sebuah pertanyaan permenungan, “Apa yang membuat seseorang dikenang karena kebesarannya?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Romo membuat perbandingan dua orang tokoh, yaitu seorang Adolf Hitler dan Mahatma Gandhi. Hitler yang dikenang dengan Partai Nazi-nya, yang begitu keji membunuh Bangsa Yahudi melalui camp-camp konsentrasi dengan Holocaust-nya, dibandingkan dengan sosok Gandhi dengan Ahimsha-nya, yang menekankan perjuangan tanpa kekerasan, dengan damai, dengan kemandirian, dengan kesederhanaan, hingga pada akhirnya kemerdekaan Bangsa India juga diperoleh dengan cara Mahatma Gandhi yaitu tanpa kekerasan dan dengan damai.

Dari perbandingan dua tokoh besar di atas, sekali lagi apa yang membuat kebesaran seseorang itu dikenang? Apakah sosok seorang Hitler dengan seluruh kocongkakan, kesombongan hingga kekejamannya dalam mencapai tujuan? Atau justru “Si Lembut” Mahatma Gandhi dengan prinsip kedamaian, kemandirian, kesederhanaan serta tanpa kekerasan?

Dari kedua tokoh tersebut, kita akan melihat mana sosok yang ingin dikenang selamanya, mana sosok yang ingin dilupakan dalam sejarah manusia.

Semua yang dilakukan oleh Hitler menggambarkan apa yang tertulis dalam Surat Rasul Yakobus, “Kamu mengingini sesuatu tetapi tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh.”

Sedangkan yang dilakukan oleh Gandhi menunjukkan kebenaran dari apa yang tertulis dalam Surat Rasul Yakobus, “Dan buah yang terdiri dari kebenaran itu ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.”

Yang Terbesar, Yang Terakhir Dan Melayani Dengan Kasih

Dari bacaan Injil Markus hari ini juga memberikan terang kepada kita untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tadi.

“Kemuliaan Mesias yang kamu lihat tadi, itu juga adalah tentang Anak Manusia yang menderita, yang menyerahkan dirinya, nyawanya, untuk keselamatan manusia. Dan nanti, apa yang diperbuatnya itu diterima oleh Allah Bapa yang mengutusNya pada saat Dia dibangkitkan.”

Para murid justru “gagal paham”. Mereka tidak menangkap, tidak mengerti langsung apa yang diajarkan oleh Gurunya dan justru sibuk dengan pikiran-pikiran masing-masing perihal siapa yang terbesar di antara mereka. Oleh karenanya, maka Yesus mengajar kembali tentang apa maknanya menjadi seorang yang terbesar itu.

“Jika kamu ingin menjadi seorang yang terbesar, maka kamu harus menjadi yang terakhir dan menjadi pelayan dari semuanya.”

Semangat untuk menjadi pelayan hanya dapat dilakukan ketika seseorang memiliki kasih. Hanya kasih yang membuat seorang keluar dari dirinya untuk melayani sesamanya. Tidak ada pelayanan tanpa kasih, karena hanya kasihlah yang memungkinkan pelayanan itu terjadi.

“Para pengikut Kristus adalah Alter Christus, Kristus yang lain, yang ditandai oleh kasih dalam diri kita, yang membuat kita keluar dari diri kita dan melayani sesama kita.”

Demikian Romo Budi merangkum inti dari bacaan Injil hari ini.

Menjadi Alter Christus

Sebelum menutup homilinya, Romo Budi menambahkan sedikit cerita perihal sharing dan refleksi teman-teman PIR dalam acara pertemuan BKSN beberapa waktu lalu. Temanya menarik, Yesus Sahabat Seperjalan Kita, dengan sub tema Yesus Sahabat Bagi Mereka Yang Menderita.

Sesuai panduan, peserta diajak untuk merenungkan perihal, “Siapa orang Samaria bagi mereka?”

Sekeping rasa haru terpancar manakala salah seorang peserta membagikan refleksi jawabannya, bahwa orang Samaria dalam hidupnya adalah ibu dan bapaknya, yang memperlakukan mereka dengan penuh kasih, yang memberikan apa yang mereka punya untuk anak-anaknya.

Apa yang telah orang tua perbuat untuk anak-anaknya, itu terlebih karena mereka mengalami kasih yang besar dari mereka. Bapak dan ibu adalah orang-orang besar, orang-orang yang akan dikenang sepanjang hidup anak-anaknya.
Hal ini sekaligus kembali menegaskan, siapakah diri kita?

Kita adalah pengikut Kristus dan pengikut Kristus adalah Alter Christus, yang ditandai dengan kasih, yang membuat kita keluar dari diri kita untuk melayani sesama.

Itulah awal dari kebesaran hidup kita sebagai orang Kristen, dan itulah awal hidup kita untuk dikenang oleh orang-orang yang ada di sekitar kita.

Liputan : Angelica Stella Cantika Putri dan Agnes Fiorela Yolandakristi

Juru Kamera : Christian Advent