POJOK

Kurindukan Paskah Yang Megah

Perjamuan Terakhir adalah perjamuan kerinduan. Perjamuan yang dirindukan Yesus sebelum menjalani penderitaan. Yesus sadar bahwa inilah perjamuan terakhir penuh makna yang akan dikenang selamanya. Perjamuan terakhir diawali dengan ucapan syukur dan berkat.


“Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga saat mengambil cawan Yesus berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.” ( Luk 22:19-20 )

Kata-kata dan tindakan Yesus pada Perayaan Perjamuan Akhir, menghadirkan makna yang sangat mendalam bagi segenap umat Katolik di seluruh dunia. Pada momentum perjamuan terakhir itulah, Yesus mengucapkan kata-kata konstitutif dan tindakan-tindakan simbolis untuk menghadirkan Sakramen Ekaristi Kudus dan Sakramen Imamat, yang selanjutnya dirayakan untuk mengenang sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus serentak sebagai momentum berahmat untuk mempersatukan umat Allah, sebagai Gereja.


Yesus sebagai Imam Agung merayakan Perjamuan Terakhir bersama para murid, yang kelak dirayakan terus-menerus untuk mengenang Kritus dan sebagai ungkapan pernyataan iman serta kesetiaan para murid dalam melaksakan amanat-Nya; “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Lukas 22:19)

Sementara Injil Yohanes 13 : 1-15, mengutamakan narasi dramatisasi Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai teladan kerendahan hati dan ketulusan dalam memberikan pelayanan tanpa pamrih. Teladan ini menjadi spirit dan nilai pesan yang hendaknya dijalani para murid dan semua orang yang percaya kepada-Nya.


“Aku sangat rindu Paskah!” Ungkapan ini sepertinya mengena dengan situasi kita hari-hari ini. Perayaan Kamis Putih yang dirayakan dari rumah dan komunitas masing-masing, sebagai dampak dari Pandemi Covid-19, melahirkan perasaan haru dan kerinduan yang mendalam.

“Aku sangat rindu merayakan Ekaristi Kudus di Gereja. Aku sangat rindu merayakan persekutuan iman umat beriman. Aku sangat rindu menerima Tubuh dan Darah Kristus.” Demikianlah representasi ungkapan hati yang dapat dirasakan saat ini.

Sebagai orang beriman, kita percaya bahwa kerinduan hati kita didengarkan dan diketahui Tuhan. Kami para imam pun rindu merayakan Perayaan Kamis Putih bersama segenap umat Katolik. Ketika membacakan teks Perjamuan Terakhir menurut Penginjil Lukas, sejenak kutertunduk dalam diam. Inilah pengalaman pertama sejak Corona, kita merayakan Ekaristi Perayaan Kamis Putih. Jiwaku pun berseru, “Tuhan, aku rindu Paskah. Aku rindu merayakan Paskah bersama umat. Aku sangat rindu Tuhan!”


Perayaan Kamis Putih 1 April 2021 dengan cara yang sedikit berbeda tetap bermakna dan menginspirasi kita untuk mengenang pristiwa penting Yesus membagi-bagikan roti sebagai tanda Ia memberikan diri dan kasih-Nya yang agung bagi para murid dan segenap umat-Nya.
Pengalaman merayakan Kamis Putih di rumah dan komunitas masing-masing mudah-mudahan meningkatkan kerinduan kita yang mendalam terhadap perjumpaan dengan Yesus secara batiniah.

Marilah bersatu dalam doa untuk saling meneguhkan satu dengan yang lain. Sebagaimana Yesus sangat rindu makan Paskah bersama para murid, demikian juga hati kita rindu merayakan Kenangan Perjamuan akhir dalam perayaan Ekaristi Kudus. Tuhan memahami semua pergumulan dan kerinduan kita saat-saat ini. Tetaplah berdoa dan bermenung. Semoga kondisi Pandemi Covid-19 segera berlalu. Save stay at home. Badai Pandemi Covid-19 pasti segera berlalu.

Tuhan menolong dan melindungi diri kita, keluarga dan para sahabat kenalan. Tuhan memberikan istrahat yang damai dan bahagia abadi bagi semua orang yang telah meninggal karena wabah virus ini. Doa kita, bagi pemerintah, gereja, para dokter, perawat, aparat keamanan dan semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kasih kemanusiaan. Semoga Tuhan melindungi mereka senatiasa.

Aku sangat rindu Tuhan! Selamat merayakan Kamis Putih bagi segenap umat Katolik, semoga hati kita seputih hati Tuhan tetap bersih dan teguh memandang wajah Bapa yang Maha Rahim. Besar Kasih setia-Nya. Berharaplah kepada-Nya. Amien.

Baca juga : Paskah Bertabur Berkah

Fotografi : Paulus Indra Purnomo dan Christian Advent Grace Wijaya Jana Leton