Hamba Yang Senantiasa Berjaga
Berbahagialah hamba yang didapati tuannya senantiasa berjaga.
Renungan Harian Katolik, Selasa 19 Oktober 2021, Pekan Biasa XXVIX (Hijau)
St. Paulus dr Salib; St. Petrus dr Alkantara,
BACAAN I : Rm. 5:12.15b.17-19.20b-21
MAZMUR : 40:7-10.17;
BACAAN INJIL : Lukas 12:35-38
Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka.
RENUNGAN
Kedatangan Kristus itu sudah dekat, Ia dapat datang setiap waktu (Lih Luk 12:38). Dengan demikian, setiap orang percaya diminta untuk siaga secara rohani setiap saat dan menantikan kedatangan Tuhan. Hamba yang senantiasa berjaga sebelum kedatangan tuannya
Hal ini diperintahkan kepada semua orang percaya yang sejati di dalam Kristus. Orang percaya harus menantikan dan mencari Kristus sendiri, bukannya menantikan kejadian-kejadian yang bisa mulai pada tiap saat.
Tetap waspada agar pelita tetap menyala merupakan suatu berkat khusus, yaitu kehadiran dan perhatian Kristus, disediakan bagi mereka yang dengan kesiagaan dan kesetiaan sepenuhnya “menanti-nantikan” (lih. Luk 12:36) dan “berjaga-jaga” (lih. Luk 12:37) untuk kedatangan Tuhan kembali selama masa antara kenaikan-Nya ke surga dan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Waspada dan berjaga-jaga bagi kita berarti kita berpikir tentang apa yang akan terjadi bagi diri kita di masa depan. Berjaga-jaga berarti sadar akan kebenaran dalam arti kita berani untuk mengatakan Ya atau Tidak. Kita tidak mengatakan Ya untuk hal yang jahat dan Tidak untuk hal yang baik. Siap sedia ini tidak mengenal adanya kompromi. Siap sedia adalah suatu keharusan. Apalagi dalam konteks kita menyambut Tuhan, kita pasti harus lebih siap sedia lagi.
Kita diingatkan bahwa melalui Dialah semua orang mengalami damai, sukacita dan kemerdekaan. Tentu tuan yang kembali dari pesta pada malam itu menemukan hamba-hamba yang setia menunggu dengan siap siaga, melayani dengan penuh cinta.
Kita mengingat perumpamaan tentang gadis yang bijaksana dan gadis yang bodoh (bdk. Mat 25). Gadis-gadis yang bijaksana dapat masuk dan ikut dalam perjamuan bersama.
Masa penantian adalah masa yang sangat menentukan bagi kita. Kita tahu bahwa pekerjaan menanti itu sangat menjemukan, apalagi yang dinanti-nanti tidak kunjung datang. Banyak orang menjadi tidak sabar dalam hal menanti sehingga mereka pun tidak lagi tahan dan akhirnya berubah sikap. Tuhan menghendaki agar kita selalu dalam kondisi waspada dan berjaga-jaga.
Selagi kita tetap waspada dan berjaga-jaga dengan memusatkan perhatian akan kehadiran Roh, maka badai kehidupan akan menjadi peluang berharga bagi kita untuk melihat bagaimana Yesus berjuang bagi kita. Tuhan Yesus menanti-nantikan kesempatan untuk melayani kita. Oleh karena itu, baiklah kita menyerahkan segala beban dan kepedihan kita agar dibuat-Nya menjadi sukacita penuh bahagia (Luk 12.38)
DOA
Allah Bapa Mahakuasa, Engkau membangun dunia dan manusia di atas Yesus, Adam Baru. Kami bersyukur, karena Engkau telah menganugerahkan daya pengharapan dan semangat baru. Kami mohon Kauingatkan akan kedatangan-Mu di tengah-tengah kami.
7Ajarilah kami mengenal tanda-tanda yang mengisyaratkan kehadiran-Mu dan mewartakan kekayaan penyelenggaraan-Mu kepada setiap orang. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.