Di Dalam Hidup Ada Pilihan
JagoKomSos.org–Di dalam hidup ada pilihan. Demikian inti Homili pada Perayaan Ekaristi Minggu Biasa XXVIII. Misa yang diselenggarakan pada hari Minggu, 10 Oktober 2021 ini dilaksanakan di Gereja Santo Yusup Ambarawa. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Johanes Abdipranata, SJ ini dimulai tepat pukul 08.00 WIB dan diselenggarakan secara offline dan online via Live Streaming.
Minggu ini menjadi istimewa karena ini adalah kali pertama Misa Mingguan dibuka untuk umum. Sekalipun terlihat normal, namun tetap saja aturan ditegakkan. Kuota umat tetap dibatasi hanya 75% dari kuota tempat duduk. Protokol Kesehatan tetap dijalankan, mulai dari cuci tangan, cek suhu, penggunaan hand sanitizer, penggunaan masker hingga saling menjaga jarak satu sama lain.
Serasa Normal
Minggu ini betul-betul menjadi Minggu yang istimewa, terutama bagi Lansia dan anak-anak dibawah 10 tahun yang sudah hampir dua tahun terakhir ini tidak dapat mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja. Mulai Minggu ini, anak-anak usia 6 tahun ke atas hingga Lansia dapat mengikuti Misa secara langsung di gereja.
“Sebuah kelegaan. Kerinduan yang terobati. Bahagia.” demikian komentar singkat Bapak V. Sumanto ketika satu per satu adik-adik kecil kita diminta maju untuk memperoleh berkat dari Romo Abdi.
Sebagai catatan kecil, pada Misa Minggu Pagi ini turut diikuti oleh beberapa peserta dari luar kota yang sedang berziarah ke Gua Maria Kerep. Dengan seijin Ketua Satgas, dan tetap mematuhi segala protokol yang telah ditetapkan, mereka dapat mengikuti Misa di Aula Paroki.
Puji Tuhan. Misa sudah berasa normal seperti biasa.
Homili Romo Abdi
Dalam bacaan Injil hari ini disebutkan, ada seorang kaya yang merasa dirinya sudah mentaati semua perintah Allah. Ia yakin bahwa dirinya pasti memperoleh hidup yang kekal. Lalu ia bertanya pada Yesus hanya untuk mendapatkan pujian. Namun ternyata Yesus justru memintanya untuk menjual segala sesuatu kemudian mengikutinya. Ia mundur teratur, lebih memilih harta bendanya daripada Kerajaan Surga. Sungguh tragis.
Romo Abdi dalam homilinya mengingatkan kembali, bahwa dalam peziarahan hidup kita di dunia ini, dalam hidup ini, ada pilihan, bahwa di dalam hidup ini ada pilihan. Apakah kita akan mengabdi Tuhan dan mendapatkan seratus kali lipat kebahagiaan, atau hanya akan mengabdi pada harta kekayaan, yang ujung-ujungnya kecewaan maupun kesedihan.
“Bacaan Injil hari ini mengajarkan kepada kita semua tentang tiga hal. Yang pertama, cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap tenaga dan dengan segenap jiwa serta dengan segenap budi. Berikutnya, yang kedua adalah meninggikan dan mencintai Tuhan diatas segala sesuatu. Dan yang ketiga adalah supaya kita hidup menurut injil.”
Ketiga hal di atas tidak dilakukan oleh orang kaya seperti dalam Injil. Ia tidak mengabdi Tuhan, tidak mencintai Tuhan, tidak meninggikan Tuhan, bahkan tidak hidup menurut injil. Orang kaya tersebut mengabdi kepada harta kekayaan dan lebih meninggikan uang.
“Sekalipun telah melakukan perintah Allah bahkan sejak masih muda, namun apa yang diperbuat oleh orang kaya tadi belumlah cukup. Sungguh tragis. Apa yang ia lakukan, apa yang ia wujud-nyatakan perintah Allah itu ternyata tidak didasari oleh hati yang mengabdi Tuihan, tidak dilandasi oleh hati dan jiwa yang meninggikan Tuhan. Oleh karenanya, apa yang ia perbuat menjadi sia-sia, kering dan tidak ada gunanya.” lanjut Romo Abdi.
Dari bacaan Injil di atas, Romo Abdi juga mengajak seluruh umat untuk merefleksi diri sendiri,
“Seringkali kita berdoa, rajin Novena, berziarah, berdoa Koronka, berdoa Rosario, aktif di gereja, dsb, tapi apakah hati kita sudah mengabdi kepada Tuhan? Apakah kita tedah meninggikan Tuhan? Apakah semua itu dilakukan dengan landasan untuk mengabdi pada Tuhan?”
Orang Kaya Dan Janda Miskin
Dari refleksi di atas, tentu dapat kita amini, bahwa hidup adalah sebuah pilihan, apakah kita hanya akan mengumpulkan harta duniawi atau surgawi. Harta duniawi hanya akan menyisakan kesia-siaan, kering dan tidak ada gunanya, serta kekecewaan. Ketika seseorang lupa untuk mengabdi Tuhan dan justru sibuk untuk mengabdi harta dan uang, maka tentu tidak akan mudah bagi orang yang ber-uang untuk masuk kerajaan Allah. Akan lebih sulit lagi bagi orang ber-uang untuk masuk Kerajaan Allah ketika semangat hidupnya seperti Yudas, yang mendapat uang dengan cara yang tidak benar, mata duitan atau apa-apa dinilai dengan uang, dan yang lebih parah adalah menjual Yesus.
“Saya Katolik tapi tidak berani mengakui. Seperti itulah Yudas. Menggadaikan Tuhan, tidak mengabdi dan mencintai Tuhan, tidak meninggikan Tuhan, tapi justru meninggikan uang. Maka kalau kita mempunyai uang, dengan semangat dan sikap mental seperti Yudas, maka berarti kita tidak masuk Kerajaan Allah.” lanjut Romo Abdi.
Untuk itu Romo Abdi kembali membandingkan dengan kisah tentang janda miskin,
“Orang ber-uang akan masuk kerajaan Allah kalau seperti kisah janda miskin, yang memberikan semua yang dimilikinya untuk diberikan kepada Tuhan. Janda miskin tersebut berbagi, tidak pelit dan tidak kikir. Janda miskin memberikan apa yang ada pada dia bagi sesama bagi Tuhan lewat peti persembahan. Dan Yesus mengatakan bahwa barangsiapa karena injil lalu meninggalkan segala sesuatu, maka ia akan mendapatkan seratus kali lipat sekarang ini juga, dan kehidupan kekal nantinya.”
Selain janda miskin, orang yang ber-uang bisa masuk Kerajaan Surga ketika berbuat seperti wanita-wanita dalam Injil yang menggunakan harta kekayaannya untuk mendukung karya kerasulan Yesus dan para murid. Disana dikatakan bahwa Yesus dan para muridnya dibantu oleh wanita-wanita dengan harta kekayaannya. Salah satunya adalah Maria Magdalena. Dari kekayaannya, ia memberikan dan mendukung karya kerasulan, mendukung karya keselamatan bagi sesama. Maka Yesus pernah berkata jika kamu memberikan secangkir air kepada orang itu karena orang itu muridKu, kamu akan mendapatkan upah.
Berikutnya, orang yang ber-uang bisa masuk Kerajaan Surga asalkan seperti Yesus dan Petrus, yang memenuhi kewajiban sebagai warga negara dengan membayar pajak. Selain menjalankan kewajiban sebagai warga negara, terlebih agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.
“Oleh karena itu, ketika seseorang memiliki uang dan menggunakannya untuk mengabdi Tuhan, uang tersebut tidak akan habis. Justru sebaliknya, akan menerima seratus kali lipatnya sekarang ini dan kehidupan kekal nantinya. Amin.” Romo Abdi menutup homilinya.
Baca juga :