Banyak Domba Butuh Gembala
Oleh Paulus Indra Purnomo
Kamis, 11 Maret 2021 merupakan hari libur dan biasanya banyak orang menghabiskan waktu bersama keluarga dan kadang pergi berkumpul dengan teman-teman dan sahabat ke kafe atau hanya sekedar sepedaan. Ada sesuatu yang sangat mengagumkan bagi saya ketika melewati selasar timur gereja Santo Yusup Ambarawa. Dari sekitar 30 anak remaja, tiga di antaranya adalah anak laki-laki. Mereka berkumpul dan mendesain sedemikian rupa tempat itu untuk mengdakan pertemuan bersama dengan pendampingnya Pak Widyo.
Setelah tempat itu ditata sedemikian rupa serta ditambah dengan pernak- pernik tulisan tema pertemuan, mereka duduk dan siap mendengarkan tuntunan dari Pak Widyo. Pertemuan dibuka dengan doa yang dipimpin oleh seorang anak perempuan yang mengajukan diri untuk memimpin doa. Lalu Pak Widyo membagikan secarik kertas kepada mereka untuk membaca dengan hening di tengah kebisingan suara gerinda serta lalu-lalang kendaraan di depan gereja. Mereka diminta oleh Pak Widyo untuk merenungkan satu ayat yang terdapat di atas kertas mereka masing-masing. Saya mendapat satu ayat yang berbunyi, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” (Lukas 11:20)
Setelah semua membaca dan mendalami, kemudian Pak Widyo memberikan pengarahan tentang bacaan-bacaan tersebut. Pak Widyo mengajak mereka untuk bertemu dengan Sang Andalan yaitu Yesus. Sang Andalan itu ada dan bersemayam di dalam gereja. Selama kurang lebih dua puluh menit, mereka dan Pak Widyo berdoa dan mendengarkan Yesus di dalam gereja.
Sangat menarik mengikut kegiatan anak- anak PIR hari ini di bawah asuhan Pak Widyo. Ternyata pertemuan ini merupakan inisiatif dari anak-anak PIR untuk mengajak bertemu menurut pernyataan Pak Widyo.
Di tengah situasi distrupsi bagus sekali kita sebagai orang dewasa untuk meluangkan waktu untuk menemani mereka. Mereka butuh teman dalam perjalanan hidup ini agar mereka dapat melihat jalan yang benar demi masa depan mereka. Sangat menarik pengantar dari Pak Widyo saat mengajak mereka untuk bermeditasi bertemu Sang Andalan. Setiap hari saat mereka sekolah dan berkegiatan, andalan mereka adalah google, apa-apa untuk memecahkan masalah tanya ke google. Tadi mereka diajak untuk bertemu Yesus yang dapat mereka andalkan di dalam hidup mereka.
Yang menarik lagi bagi saya adalah seorang Widyo dipanggil seorang diri untuk menemani 30 anak remaja yang diantaranya ada 3 anak laki-laki untuk menjadi teman dalam perjalan hidup mereka. Kalau mengutip tulisan dari buku karangan Henri J.M. Nouwen, Pak Widyo ini “Diambil, Diberkati, Dipecah, Dibagikan”. Kita perlu menyadari setiap manusia pasti dipilih Tuhan. Dan perlu disadari pula setiap peristiwa bukan terjadi karena kebetulsan saja, melainkan ada campur tangan Tuhan. Pak Widyo terlibat mendamping para remaja tentu juga karena ada campur tangan Tuhan yang terjadi di dalam dirinya. Diberkati dapat kita artikan kehadiran kita tentu karena dipilih Tuhan yang sudah seharusnya kita bagi-bagikan kepada sesama manusia. Pak Widyo juga menyadri bahwa dirinya hadir karena dipilih Tuhan dan dengan penuh kesadaran ia membagikan berkat itu kepada anak-anak remaja yang ada di Paroki St. Yusup Ambarawa. Kita meyadari akhirnya hidup kita akan terpecah-pecah di tengah kesibukan kita dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan tentu umat yang ada di gereja kita.
Ditengah kesibukan Pak Widyo tentu pada akhirnya mambagikan dirinya untuk semua yang ada di sekelilingnya, salah satunya membagikan diri kepada anak-anak remaja. Seorang Widyo mampu membagikan dirinya dengan 30 anak remaja dan diantaranya 3 laki-laki. Kita bisa membayangkan bila di sini ada 2 Widyo yang sama dan memiliki semangat membagi hidupnya untuk para remaja tentu ada 60 anak remaja yang hidupnya dapat diselamatkan dan merasakan cinta Allah. Mari kita belajar untuk membagikan diri bagi mereka agar remaja-remaja Katolik hidupnya dapat merasakan cinta Allah di dalam hidupnya.
Fotografer : Paulus Indra Purnomo