Yang Terkecil Dialah Yang Terbesar
Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.
Renungan Harian Katolik, Senin, 27 September 2021, Pekan Biasa XXVI, Pw. St. Vinsensius de Paul (Putih)
BACAAN I : Za. 8:1-8
MAZMUR : 102:16-21.29.22-23;
BACAAN INJIL : Lukas 9:46-50
Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka.
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka:
“Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”
Yohanes berkata: “Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.”
Yesus berkata kepadanya :
“Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.”
RENUNGAN
Dalam kehidupan ini, hampir setiap orang selalu ingin menjadi yang terbaik, terpandai, tertinggi jabatannya dan terbesar dalam suatu hal. Namun dalam kehidupan rohani orang Katolik, itu bukanlah hal yang paling utama dalam kehidupan.
Tuhan Yesus Kristus memberikan contoh kepada kita, bagaimana hidup ini bisa melayani. Baik itu melayani Tuhan atau melayani dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Pada hakikatnya, seorang pejabat tinggi baik dalam pemerintahan atau perusahaan besar, harus bisa menjadi pelayan yang terbaik, karena dibalik jabatannya itu dia harus melayani rakyat atau melayani perusahaannya. Namun kenyataan yang ada, baik pejabat atau bos perusahaan selalu minta untuk dilayani dengan pelayanan yang terbaik.
Yesus mencontohkan dengan anak kecil “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”
Kenapa anak kecil? Karena anak kecil itu pribadi yang tulus, iklas, jujur dan selalu pasrah pada orang tuanya. Demikian kita diharapkan menjadi pribadi yang tulus, iklas, jujur dan selalu pasrah dan berserah terhadap Tuhan. Tuhan yang menjadi fokus perhatian kita, bukan kita menjadikan diri kita sebagai fokus kehidupan kita. Seperti orang tua yang selalu sayang dan melindungi anaknya, demikian juga halnya Allah Bapa akan selalu sayang, melindungi dan memberkati hidup kita.
Hendaknya kita dalam menjalani hidup kita selalu mengandalkan kekuatan Tuhan, bukan mengandalkan kekuatan kita. Kita diminta untuk selalu bisa melayani dan berserah pada kuasa Tuhan. Bukankah Yesus sendiri selalu melayani, pasrah dan berserah terhadap kehendak Bapa yang mengutusNya?
Allah Yang Mahabesar, semoga kami semakin rendah hati agar hidup kami semakin berkenan dan berharga di hadapan-Mu. Amin.
oleh Y. Dwi Hari Tjahyo – Prodiakon Lingkungan Bernadus
Baca Juga : Yesus Ke Yerusalem