BACAAN HARIAN

Anak Manusia Menjadi Tanda

Seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.

RENUNGAN HARIAN KATOLIK
SENIN, 11 OKTOBER 2021


Pekan Biasa XXVIII (Hijau)

B. Elias a Succursu Nieves
BACAAN I : Rm. 1:1-7
MAZMUR : 98:1-4
BACAAN INJIL : Lukas 11:29-32

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.

Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!

Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”

RENUNGAN
Jika ditanya, Anda ingin masuk surga atau neraka? Pasti jawabannya adalah masuk surga. Mengapa? Karena di surga ada kedamaian dan kebahagiaan, sedang di neraka ada penderitaan. Namun, seandainya Yesus itu berada di neraka, bukan di surga, apakah Anda akan memilih surga? Jawaban kita bisa bermacam-macam.

Seorang kudus berkaitan dengan pertanyaan ini dengan tegas menjawab, Seandainya Yesus berada di neraka, maka saya akan pergi ke sana.

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus menekankan bahwa kalau kita mau mengikuti Dia, jangan repot dengan tanda-tanda. Karena Yesus adalah tanda yang besar. Memang banyak dan kita masih seperti Rasul Tomas yang melihat dulu baru percaya. Kita ingin dipuaskan dengan apa yang Yesus buat, bukan pribadi Yesus sendiri. Apa yang kita dapat, bukan Yesus yang utama. Akibatnya, bila Yesus terkesan “diam” kita mulai meninggalkannya.

Iman adalah perkara hati. Hati tidak senantiasa memerlukan bukti yang bisa dilihat, namun lebih pada relasi. Maka pengalaman akan Allah menjadi penting dibandingkan melihat Allah. Lalu bagaimana pengalaman akan Allah ini dapat kita alami? Jalinlah relasi dengan Allah. Doa, refleksi, meditasi, dan olah rohani lain membuat kita mengenal siapa kita dan mengenal siapa Allah.

Bila kita sudah menjalin relasi dengan Allah, sudah mengalami sendiri bahwa kita dicintai, maka hal yang paling sederhana sekalipun menjadi tanda kehadiran Allah. Kita akan menjadi pribadi yang penuh syukur atas hal-hal kecil: udara segar, senyuman induk ayam, dan lain-lain. Terdengar sangat kekanak-kanakan bukan? Namun, ingat kata lnjil, “Jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu masuk ke dalam Kerajaan Surga”

Dekatilah Allah dan hidup kita akan dipenuhi rasa syukur, atas hal-hal kecil. Pribadi-Nya menjadi yang utama dan barulah karya-Nya. Pilihlah Allah dan kita akan bersukacita.

Baca juga : Santo Paus Yohanes XXVIII

Referensi : Katakombe.org, ImanKatolik.or.id